My World of Animals: Extreme #8

Aku tahu aku beberapa hari ini kurang aktif disini, dan aku minta maaf soal itu. Aku baru balik ke Perth dan aku masih harus membiasakan diri lagi dengan kehidupan sekolah disini. Ngomong-ngomong soal sekolah dan edukasi, aku ingin mendorong pembaca sekalian untuk mengingat ciri-ciri hewan mamalia yang pasti pernah dipelajari di sekolah – mungkin cara yang paling mudah mengingat hewan mamalia adalah telinga mereka, dan aku akan menjelaskan kenapa ini problematis dengan menggunakan mammalia yang teraneh didunia – platypus.

Sebelum aku jelaskan, aku ingin mengklarifikasi bahwa *kebanyakan* jenis burung dan reptil memiliki telinga – mereka tidak memiliki daun telinga, tapi mereka secara teknis masih punya telinga di sisi kepala mereka. Secara ilmiah, mamalia memiliki tiga karakter utama: satu, tiga tulang didalam telinga; dua, menyusui (bukan melahirkan) bayinya; tiga, memiliki bagian neocortex didalam otak mereka.

Lihatlah hewan platypus yang ada dibawah – bentuk badannya seperti onderdil hewan lain yang secara asal dijadikan satu begitu, tapi zoolog bisa melihat sedikit akal dalam strukur badan platypus. Walaupun mereka bertelur, mereka masih masuk dalam Ordo Mammalia – seperti yang aku bilang tadi, ciri yang memisahkan ordo mamalia dari hewan lain bukan cara bayinya keluar dari induknya, melainkan adanya kelenjar mamae atau kelenjar susu. Dari situlah Ordo Mammalia mendapatkan namanya.

Disamping bentuknya dan sakit kepala yang dibawa karena klasifikasinya, platypus adalah hewan yang cukup keren. Mereka adalah salah satu dari sekian mamalia yang bisa memproduksi bisa. Bisa platypus sebenarnya tidak berbahaya untuk manusia, tapi rasa sakit yang datang bisa membuat korbannya jingkrak-jingkrak. Racun platypus ‘disuntikkan’ dari sebuah jarum di tungkai belakangnya. Walaupun kedua kelamin memiliki jarum ini, hanya jantan yang bisa menyuntukkan bisa, membuat ilmuwan menduga bahwa racun ini memiliki peran didalam sex selection di kehidupan platypus.

Pro animalium!