Realisme dan Zoologi
- myworldofanimals
- Jul 5, 2016
- 2 min read
Hewan liar adalah sesuatu yang sangat bertentangan. Di satu sisi, para pecinta alam (termasuk saya) ingin memberi kesan kepada masyarakat bahwa hewan adalah sesuatu yang menakjubkan dan patut untuk dinikmati. Tapi, kita tidak boleh melupakan bahwa hewan adalah hewan, dan mereka bisa sangat berbahaya.
Kebanyakan insiden dimana hewan menyerang manusia datang dari tiga skenario: satu, memang manusia yang nggak ngerti batasnya; dan disitu, alam harus memberi pelajaran. Dua, hewannya yang putus asa dan mencoba untuk mengkonsumsi manusia dan/atau hewan ternak karena rasa laparnya. Tiga, memang hewannya yang nggak waras. Untuk situasi yang pertama dan kedua, ahli hewan harus bisa mengajari masyarakat untuk tidak menggangu dan mengusik hewan maupun habitanya (karena hewan yang putus asa biasanya adalah hewan yang habitatnya hancur). Hari ini, aku ingin mendiskusikan soal skenario yang ketiga, dan pertentangan moral yang datang dari kasus ini.
Zoologis yang baik adalah zoologis yang bisa melihat alam secara apa adanya, bukan mengikuti waham ataupun harapan pribadi tentang hewan-hewan ini. Semua hewan yang aku pernah diskusikan adalah hewan yang menarik, patut dipelajari dan berguna, tapi mereka tetap berbahaya. Zoologis tahu betul bahaya dalam bekerja dengan hewan, dan kita memang siap untuk mati karena itu. Hewan-hewan ini adalah hewan liar karena mereka memang liar, dan mereka sangat mampu untuk mengambil nyawa seseorang – tapi bukan berarti kita harus berhenti mencintati mereka. Mencintai tidak harus memiliki, dan menurutku, ini adalah prinsip yang harus kita gunakan dalam edukasi zoologi kepada masyarakat. Jika seekor hewan mengambil nyawa manusia, zoologis memiliki sebuah tanggung jawab untuk mengakui bahwa hewan ini adalah sebuah ancaman bagi masyarakat, dan jika kita tidak bisa menemukan dan menghentikan insiden ini, kita harus bisa melakukan apa yang harus dilakukan – sebesar apapun cinta kita terhadap dunia hewan.
ความคิดเห็น